LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBIAKAN TANAMAN
ACARA 3
PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MENYAMBUNG (Grifting) DAN OKULASI (Budding)
TRIA PITOYO
131510501162
GOLONGAN F / KELOMPOK 4
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pertanian
memiliki hubungan erat dengan tanaman meskipun secara luas arti dari pertanian
adalah seluruh kegiatan budidaya termasuk perikanan, kehutanan, kelautan, dan
perkebunan. Secara sempit pertanian hanya mencakup kegiatan budidaya tanaman
termasuk di dalamnya perkebunan, persawahan, dan sebagainya. Tanaman adalah
organisme yang mampu membuat cadangan makanannya sebagi energi untuk tubuhnya
sendiri. Tanaman menjadi sumber dari keseluruhan rantai makanan, apabila
frekuensi tanaman di dunia ini berkurang akan berdampak bagi makhluk hidup
lainnya serta merusak ekologi. Rantai makanan yang terputus akan berdampak
buruk bagi semua konsumen, semakin sedikit jumlah tanaman maka semua makhluk
hidup akan memiliki persaingan yang ketat, oleh sebab itu tanaman harus dapat
di budidayakan.
Indonesia
memiliki jenis tanaman yang beragam baik itu tanaman hias mauun tanaman
konsumsi. Nilai jual dari tanaman itu juga tinggi. Sekarang banyak terjadi
penebangan hutan liar, pembakaran huta, dan kegiatan lain yang merusak tanaman
dan eksistem, oleh karena itu terwujudlah kegiatan reboisasi dan sebagainya.
para petani disini muncul sebagai penyedia bibit tanaman. Dalam jumla besar
dengan waktu yang relatif tidak cukup lama salah satu cara yang digunakan
adalah pembiayakan tanaman secara vegetatif. Pengembangbiakan ecara vegetatif
berarti membuat bibit tidak dari biji atau hasil dari fase generatif melainkan
berasal dari bagian tubuh tanaman itu sendiri seperti batang, daun, akar, dll.
Salah
satu cara membiakan tanaman secara vegetatif adalah penyambungan (grafting) dan
okulasi (budding). Penyambungan yaitu suatu kegiatan membiakan tanaman dengan
cara menyambung bagian dari satu tanaman ke bagian tanaman lain hngga tercapai
persenyawaan dan kombinasi dan terus tumbuh menjadi tanaman baru. Sedangkan
Okulasi adala suatu cara menempelkan mata tunas dari tanaman batang atas ke
batang bawah yang keduanya bersifat unggul.
Pembiakan
dengan cara penyambungan dan okulasi ini tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Cara pengaplikasiannya sendiri tidak sembarrangan,
ada batang bawah dan batang atas yang diseleksi terlebih dahulu kemudian
dilakukan penyambungan dan okulasi dan mengamati hasilnya. Jadi, apabila telah
melakukan kegiatan ini dapat diketahui apa saja tentang penyambungan dan
okulasi serta bentuk aplikasinya pada masyarakat.
1.2 Tujuan
1.
Mengetahui cara dan mempelajari
cara-cara penyambungan dan okulasi.
2.
Mengetahui pengaruh perlakuan
pengurangan daun terhada keberhasilan penyambungan dan okulasi tanaman.
1.3 Manfaat
1.
Dapat mengetahui cara dan mempelajari
cara-cara penyambungan dan okulasi.
2
Dapat mengetahui pengaruh perlakuan
pengurangan daun terhada keberhasilan penyambungan dan okulasi tanaman.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Purnomosidhi dkk, (2002), menyambung adalah cara perbanyakan tanaman dengan
cara menyambung pucuk (batang atas) yang berasal dari suatu tanaman induk pada
tanaman lain (batang bawah). Batang ataslah yang akan memberikan hasil sesuai
dengan sifat induk yang diinginkan. Batang bawah hanyalah sebagai tempat untuk
tumbuh dan mengambil makanan dari dalam tanah. Oleh sebab itu kriteria
pemilihan batang atas dan batang bawah berbeda. Pengadaan batang bawah dan
batang atas Batang bawah disiapkan sesuai dengan kriteria batang bawah. Batang
bawah diperoleh dari semai. Pengadaan semai untuk batang bawah dapat dilihat
pada bab perbanyakan tanaman dengan biji. Batang atas dipilih sesuai dengan
kriteria batang atas. Kriteria batang atas: cukup tua, sudah berbuah minimal 3
kali, berbuah lebat, buah manis, buah enak, buah besar, dan sehat. Kriteria
batang bawah: sistem perakaran kuat, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan
terhadap kekurangan air, sesuai dengan kondisi setempat.
Penyambungan batang
bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman yang
masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada
tanaman durian. Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua
tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Tanaman
mangga (Mangifera indica) disambung denga tanaman kweni (Mangifera
odorata). Manfaat sambungan pada tanaman:memperbaiki kualitas dan kuantitas
hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari
segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu berbunga dan
berbuah (tanaman berumur genjah) serta menghasilkan tanaman yang sifat
berbuahnya sama dengan induknya,·mengatur proporsi tanaman agar memberikan
hasil yang lebih baik, tindakan ini dilakukan khususnya pada tanaman yang
berumah dua, misalnya tanaman melinjo, peremajaan tanpa menebang pohon tua,
sehingga tidak memerlukan bibit baru, danmenghemat biaya eksploitasi. Peremajaan
total berlaku sebaliknya (Prastowo dkk, 2006).
Tambing dkk, (2009) menambahkan dari hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa umur bibit batang bawah berpengaruh nyata
terhadap persentase keberhasilan pertautan sambungan, sedangkan konsentrasi
pupuk pelengkap benih dan interaksi antara kedua perlakuan tidak menunjukkan adanya
pengaruh yang nyata. Rata-rata persentase keberhasilan pertautan sambungan
bibit setiap minggu setelah penyambungan hingga 8 MSP disajikan. Keberhasilan
pertautan ambungan pada metode grafting
selain ditentukan oleh faktor umur bibit batang bawah, faktor lingkungan tumbuh
dan pelaksanaan grafting, kesesuaian
diameter batang bawah dan entris, juga faktor fisiologis. Faktor lingkungan
tumbuh, misalnya iklim dan tanah harus pada kondisi yang menguntungkan agar
pertumbujan tanaman berlangsung optimal.
Disamping itu, faktor pelaksanaan grafting juga menentukan, yaitu
keterampilan orang yang melakukan penyambungan, ketajaman dan kebersihan alat
yang igunakan. Faktor fisiologis yaitu kuatnya aya rekat getah bibit batang
bawah sangat memungkinkan terhambatnya pertautan sambungan.
Semakin banyak jumlah daun yang disisakan
pada tunas makin banyak memacu pertumbuhan dn jumlah tunas sambungan atau
entres. Hal ini diduga berkenaan dengan peran daun sebagai tempat fotosintesis
yang menghasilkan energi. ketersediaan energi yang cukup dan pengatur tumbuh
yang terdapat dalam bagian tanaman (daun) akan mendorong pembentukan kalus yang
cukup banyak sehingga kualitas pertautan antara batang bawah dengan batang atas
akan lebih baik. Untuk mendapatkan keberhasilan yang tinggi dan kualitas
sambungan yang baik diperlukan produksi kalus yang cukup banyak, baik dari
batang bawah maupun dari batang atas. Ketersediaan karbohidrat yang cukup akan
mendorong produksi kalus yang cukup banyak. Penggabungan antara kalus yang
ihasilkan oleh batang atas dan batang bawah memungkinkn terjadinya restorasi
jaringn pengangkutan melalui induksi hormon-hormon tumbuhan. Proses penyaturan
jaringan engangkut tersebut berpengaruh terhadap kualitas sambungan, sehingga
proses aliran hara dan air dari batang bawah berlangsung dengan baik (Suryadi,
2009).
Penyambungan juga menyediakan alat yang
berguna untuk meningkatkan ketahanan stres garam pada tanaman. Penyambungan
pertama dimulai di Jepang dan Korea pada akhir tahun 1920 dengan semangka.
Dalam metode perbanyakan ini, jaringan dua tanaman menyatu bersama-sama.
Buah-memproduksi tunas (keturunan) dari kultivar yang diinginkan, dimasukkan ke
batang bawah tahan penyakit dari dari cultivar lain. Tomat grafting
diperkenalkan di Yordania untuk mengakomodasi metil bromida pentahapan
proyek-proyek tahun 2002 A batang bawah tahan digunakan dalam pencangkokan
tomat yang disediakan kontrol yang sangat baik dari banyak tomat patogen
tanah-ditanggung, khususnya Fusarium spp., Verticillium spp., dan Melodogyne
spp. Grafting ditemukan memiliki pengaruh positif dan negatif pada hasil
berbagai kultivar tomat sesuai dengan kombinasi metode dan batang
bawah-keturunan digunakan (Ghosheh et
al, 2010).
Pada umumnya mata tunas daun lebih sering
digunakan sebagai mata okula-si karena pertumbuhannya cepat. Keber-hasilan
okulasi lebih tinggi bila mengguna-kan mata tunas sisik (ada bersama daun
rudimenter) daripada menggunakan mata tunas daun (mata tunas pada ketiak daun).
kecepatan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik misalnya fitohormon
yang berkorelasi de-ngan lingkungan. Waktu tumbuh tunas mempengaruhi tinggi
tunas, mata tunas prima memiliki waktu tumbuh tunas yang lebih cepat
dibandingkan mata tunas sisik, hal ini mengakibatkan tinggi tunas pada bibit
yang menggunakan mata tunas prima lebih tinggi daripada mata tunas sisik. Pada
umumnya mata tunas daun atau prima lebih sering digunakan sebagai mata okulasi
karena pertumbuhannya cepat mata tunas
prima terletak pada ketiak daun sedangkan mata tunas sisik terdapat pada daun
rudimenter (Kurniawati dkk, 2014).
Menurut Purnomosidhi
dkk, (2002), pengadaan batang bawah dan batang atas batang bawah disiapkan
sesuai dengan kriteria batang bawah. Batang bawah diperoleh dari semai.
Pengadaan semai untuk batang bawah dapat dilihat pada bab perbanyakan tanaman
dengan biji. Batang atas dipilih sesuai dengan kriteria batang atas. Kriteria
batang atas: cukup tua, sudah berbuah minimal 3 kali, bukan berasal dari tunas
air, berbuah lebat, buah manis, buah enak, buah besar, dan sehat. Kriteria
batang bawah: sistem perakaran kuat, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan
terhadap kekurangan air, susuai dengan kondisi setempat.
Menurut Manalu dkk,
(2014), batang atas sebagai tempat berlangsungnya pembentukan tunas pada
okulasi, diawali dengan proses hormonal tanaman yaitu sitokinin yang berperan
dalam pembelahan sel dalam kalus yang kemudian terjadi translokasi suplay
makanan sampai pada titik tumbuh. Bangun dan tumbuhnya tunas diawali oleh
proses hormonal diikuti suplai nutrisi ke titik tumbuh. Dalam okulasi unsur
hara dan air menyebabkan cekaman kekeringan pada batang atas. Gangguan ini
disebabkan terjadinya pertautan jaringan ikat pembuluh kayu maupun ikatan
pembuluh kulit kayu yang kurang harmonis menyebabkan timbulnya lapisan sel-sel
kulit batu, anatomi kulit batang daerah pertautan pada kombinasi okulasi
tanaman karet yang inkompatibel sehingga terjadi penyambungan batang yang tidak
mulus dan pada daerah floem terjadi pembentukan sel batu yang lebih banyak.
Adinugraha dkk, (2012),
menjelaskan ciri-ciri batang yang baik: kambium masing-masing sel tanaman
membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, sel-sel parenkim dari batang
bawah dan batang atas saling kontak, menyatu dan membaur, sel-sel parenkim yang
terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambium baru sebagai lanjutan dari
lapisan kambium batang atas dan batang bawah yang lama, dari lapisan kambium
akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi nutrisi dari
batang bawah ke batang atas dan sebaliknya hasil fotosintesis dari batang atas
ke batang bawah dapat berlangsung.
Salah satu upaya untuk
memperoleh bibit yang bermutu adalah dengan melakukan penyambungan.
Penyambungan dilakukan baik dengan grafting
maupun budding. Dalam penyambungan terjadi
penggabungan antara dua jenis tanaman yaitu batang atas dan batang bawah yang
berbeda. Dari batang atas diharapkan akan berkembang pertumbuan cabang, tunas,
dan produksi buah yang tinggi dengan kualitas yang baik. Dilain pihak batang
bawah diharapkan berkembang sistem perakaran yang kokoh, dapat beradaptasi pada
kondisi tanah yang kurang subur dan tahan penyakit. Tanaman hasil penyambungan
tersebut diharapkan akan memiliki sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh batang
atas dan batang bawah. Penempelan tanaman karena
pemotongan batang, sel-sel parenchyma membentuk jaringan kalus yang sangat
berpengaruh dalam pembentukan sambungan karena jaringan kalus yang terbentuk
akan menutup luka potongan yang berarti pula melindungi lapisan kambium pada
permukaan potongan. Kemampuan antara batang atas dan batang bawah dalam melebur
jaringan kalus serta memperbaiki sel-sel yang rusak tidaklah sama, maka umumnya
hasil sambungan berbagai gabungan tanaman bervariasi pula tingkat
keberhasilanya, kecepatan, perumbuhan dan perkembangannya (Sutami dkk, 2009).
Nilai untuk
tanaman dicangkokkan ke kedua kultivar batang bawah. Artinya, efek penyambungan
positif ketika Yeni Talya, Swanson dan Beril digunakan sebagai keturunan dan
Beaufort, Arnold sebagai batang bawah. Perbandingan respon tanaman dicangkokkan
ketika Yeni Talya dan Swanson yang dicangkokkan ke Beaufort dan Arnold
menunjukkan bahwa batang bawah yang berbeda tidak berpengaruh pada
karakteristik buah. Secara umum, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan
antara indeks buah, jumlah buah/gulungan, atau bobot kombinasi penyambungan
(Yeni Talya/Beaufort dan Yeni Talya/Arnold, Swanson/Beaufort dan
Swanson/Arnold). Namun, jumlah buah/truss tanaman Beril/Beaufort secara
signifikan lebih tinggi dari nilai yang sesuai untuk Beril/Arnold dicangkokkan
tanaman (Turhan et al, 2011).
Sebuah
model 'tag sitokinesis' sebelumnya telah diusulkan untuk menjelaskan aksial
pemula pola dalam jenis sel. Dalam model ini, tag yang tersisa dari sitokinesis
diduga mengarahkan perakitan komponen untuk pembentukan tunas pada korteks
dalam siklus sel berikutnya. Model ini telah didukung oleh sejumlah pengamatan
termasuk pola lokalisasi protein spesifik axialbudding ke leher ibu-bud (dan
situs divisi berikutnya) dan interaksi mereka dengan genetik septins. Temuan
kami dalam penelitian ini lebih mendukung model tag sitokinesis dan
mengidentifikasi Bud4 sebagai pemain kunci bagi warisan setia isyarat spasial
aksial dari septins tag sitokinesis. Bud4 dapat berfungsi sebagai platform
untuk menghubungkan septins ke tengara aksial melalui beberapa domain. Septins
merekrut Bud4 ke leher ibu bud dengan berinteraksi dengan domain pusat Bud4
ini). Bud4 kemudian menengahi perakitan tengara aksial melalui DUF1709 dan
domain PH (Kang et al, 2012).
Pomper et al, (2009) memberi penjelasan dalam
penelitiannya yaitu mempertahankan 6-8 daun pepaya pada batang bawah di chip
yang pemula dapat meningkatkan chip yang pemula sukses. Namun, mempertahankan
daun harus dihapus dengan memotong kembali batang bawah sekitar 30 cm di atas
chip bud sekitar 6 minggu setelah tunas untuk memaksimalkan bud istirahat. The
K8-2 bibit batang bawah (80%) memiliki tinggi bud mengambil daripada bibit
batang bawah Sunflower (62%). Meskipun mengurangi batang bawah dan menghapus
daun bersaing pada saat chip pemula akan lebih mudah dan membutuhkan lebih
sedikit tenaga kerja untuk pembibitan, praktik ini tidak dianjurkan karena
berkurangnya kesuksesan pemula. Salah satu alasan untuk persentase yang lebih
rendah dari tanaman berhasil diperbanyak di kemudian hari penyambungan adalah
penyimpanan jangka panjang dari batang atas di ruang refrigating, yang
mengalami penurunan vitalitas mereka. Sebuah bukti itu adalah fakta bahwa di
kencan kedua dari okulasi sekitar 15% dari batang atas yang jelas tidak layak
untuk okulasi (Gandev dan Arnaudov, 2013).
Eltayb et al, (2013), menjelaskan bahwa metode
okulasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, bud graft, cabang dan
batang cangkok korupsi, tanaman umbi akar cocok untuk mencangkok jauh sebagai
batang bawah seperti jahe, lily, ubi jalar, kentang dan ubi. Penyambungan
digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas. Telah dilaporkan bahwa
pencangkokan dapat mempengaruhi ph, gula, warna, tekstur, dan rasa konten
cartenoid.
BAB 3. METODE PRAKTIUKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Pembiakan Tanaman Pembiakan Vegetatif dengan Cara Menyambung (Grifting) dan Okulasi (Budding) dilaksanakan pada tanggal 03
Oktober 2014 pukul 13.00 WIB di Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Kamboja
jepang (Adenium)
3.2.2 Alat
1. Plastik
pengikat
2. Pisau tajam
3. Timba
4. Kain lap
3.3
Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan tanam yang akan
digunakan sebagai batang bawah dan atas serta alat yang diperlukan.
2. Memilih batang atas sebesar
batang bawah dan membuat perlakuan sebagai berikut:
a. Membuang daun pada batang atas.
b. Menyisakan 2 daun atau lebih
batang atas daun.
c. Memotong batang bagian bawah 3-5
diatas leher bongol, kemudian membuat sayatan celah berbentuk huruf V ke arah
bawah sepanjang 1-1,5 cm.
d. Memotong dan membuat sayatan
batang atas berbentuk baji (lancip) sepanjang 1-15 cm.
e. Menyisipkan batang atas (entres)
ke dalam celah bawah (stock).
f. Membalut sambungan dengan tali
rafia atau plastik mulai dari bawah ke atas.
g. Mengerudungi bidang sambungan
dengan kantong platik transparan dan letakkan di tempat teduh sekitar 3 minggu.
h. Sambungan yang tumbu akan muncul
daun atau tunas baru.
DAFTAR
PUSTAKA
Adinugraha,
H. A., Mahfudzi, E. W. Muchtiari, dan S. Huda. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Tunas pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan
dengan Teknik Sambungan.Pemuliaan Tanaman
Hutan, 6(2):91-102.
Eltayb,
M. T. A., T. D. A. Magid, R. M. Ahmed, and A. A. Ibrahim. 2013. Morphological
Changes on Sions due to Grafting Eggplant Lycoperison
Lycopericium (L) and Papper Capsicum
Annuum (Sola nuxm Melongena L) as
(Rootstock). Forest Product and
Industries, 2(5): 30-35.
Ghosheh, H., M.
Al-Kawamleh, I. Makhadmeh. 2010. Weed Competitiveness and Herbicidal Sensitivity of Grafted Tomatoes (Solanum
Lycopersicon Mill.). Plant Protection Research, 50(3).
Gandev,
S., and V. Arnaudov. 2011. Propagation
Method of Epicotyl Grafting in Walnut (Juglans Regia L.) Under
Production Condition. Agricultural
Science, 17(2): 173-176.
Kang,
P. J., J. K. H. deGrenier, and H.O. Park. 2012. Coupling of Septins to the
Axial Lanmark by Bud4 in Budding Yeast. Cell
Science, 126: 1218-1226.
Kurniawati, D., M. Santoso, Dan E.
Widaryanto. 2014. Pertumbuhan Jenis
Mata Tunas pada Okulasi Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell.
Arg). Produksi Tanaman,
1(6): 532-540.
Manalu,
M., Charoq, dan A. Barus. 2014. Uji Batang Bawah Karet (Hevea brassiliensi, Muell-Arg.) Berasal dari Benih yang Telah
Mendapat Perlakuan PEG (Seed Coating) dengan Beberapa Klon Entres terhadap
Keberhasilan Okulasi. Agroteknologi,
2(3): 962-967.
Pomper, K. W., S. B. Crabtree, and J. D. Lowe. 2009.
Enhancing Pawpaw Chip Budding Success. American
Pomogical Society, 63(4): 145-149.
Prastowo,
N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, F. Harum.
2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan
Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) dan
Winrock Internasional.
Purnomosidhi,
Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman.2002. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan dengan Penekanan pada
Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Saw:Pedoman Lapang. Bogor:
International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock
Internasional.
Suryadi, R. 2009. Pengaruh Jumlah Tunas dan Jumlah
Daun Terhadap Keberhasilan Penyambungan Jambu Mete (Anacardium
Occidentale)
Di Lapangan. Littro, 20(1): 41-49.
Sutami, A. Mursyid, dan G. M. S. Noor.
2009. Pengaruh Umur Batang Bawah dan Panjang Entris Terhadap Keberhasilan
Sambungan Bibit Jeruk Siam Banjar Label Biru. Agroscientiae, 16(2): 121-127.\
Tambing,
Y., dan S. Launde. 2009. Kajian Umur Bibit Batang Bawah Nangka dan Takaran
Pupuk Pelengkap Benih Nutrifarm-SD terhadap
Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk. Agroland,
16(1): 33-39.
Turhani,
A., N. Ozmeni, M. S. Subeci, And V. Seniz. 2011. Effects Of Grafting On
Different Rootstocks On Tomato Fruit Yield And Quality. Hort Sci, 38(4): 142-149.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Pembiakan Vegetatif dengan Cara Grafting
Perlakuan
|
Ulangan/
Kelompok
|
Keberhasilan
Penyambungan
|
Perubahan
|
|
Batang
Atas
|
Batang
Bawah
|
|||
Daun hilang (dikupir)
|
1
|
ü
|
**
|
*
|
2
|
-
|
**
|
|
|
3
|
ü
|
|
*
|
|
Daun sisa >2
|
4
|
-
|
***
|
*
|
5
|
ü
|
**
|
|
|
6
|
-
|
***
|
*
|
Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Pembiakan Vegetatif dengan Cara Budding
Perlakuan
|
Ulangan/
Kelompok
|
Keberhasilan
Penyambungan
|
Perubahan
|
|
Batang
Atas
|
Batang
Bawah
|
|||
Daun hilang (dikupir)
|
1
|
-
|
**
|
**
|
2
|
-
|
**
|
**
|
|
3
|
-
|
**
|
**
|
|
Daun sisa >2
|
4
|
-
|
**
|
**
|
5
|
-
|
**
|
**
|
|
6
|
-
|
**
|
**
|
Keterangan:
ü : Hasil penyambungan hidup
- : Hasil penyambungan mati
* : Pembengkakan pada sambungan
** : Tumbuhnya batang atas abnormal
***:
Daun-daun menguning
4.2 Pembahasan
Menurut Purnomosidhi dkk, (2002), menyambung
adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara menyambung pucuk (batang atas) yang
berasal dari suatu tanaman induk pada tanaman lain (batang bawah). Pada praktikum pembiakan vegetatif dengan
cara grafting dilakukan dua perlakuan yaitu daun dikupir (tidak ada daun) dan
daun yang disisakan 2 helai. Kegiatan ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali
pada masing-masing perlakuan. Pada daun yang dikupir ulangan 1 dan 3 berhasil
menyambung dengan kondisi batang atas abnormal dan pembengkakan pada sambungan.
Pada daun yang disisakan 2 hanya ulangan ke-2 yang berhasil tersambung dengan kondisi batang
atasnya abnormal dan pada ulangan 1 dan 3 tidak berhasil menyambung dengan
keadaan daun menguning dan terjadi pembengkakan pada sambungan. Hasil
pengamatan budding juga diberi perlakuan yang sama yaitu dikupir
dan daun disisakan dua. Pada masing masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak
3 kali. Berdasarkan praktikum ini tidak ada tanaman yang berhasil tersambung
dan semua memiliki ciri-ciri tumbuhnya batang atas abnormal.
Perlakuan
yang paling baik dalam kegiatan pembiakan dengan cara grafting dan budding ini
adalah perlakuan daun dikupir atau dihilangkan daunnya. Pada Tabel 4.1.1 ada 2
ulangan yang berhasil menyambung pada tanaman dengan daun dikupir sedangkan
pada tanaman dengan daun disisakan 2 hanya ada satu ulangan. Hal ini disebabkan
oleh laju transpirasi yang dimiliki daun yang tidak dikupir lebih cepat
dibandingkan dengan daun dikupir sedangkan pertumbuhan batang atas belum
menempel pada batang bawah sehingga tidak ada pengangkutan air dari akar yang
terjadi sehingga batang tidak menempel sempurna. Daun yang tidak dikupir
tesebut lama kelamaan mati karena tidak mendapatkan unsur H2O dari
dalam tanah dan juga cahaya matahari tidak maksimal masuk ke daun karena
terhalang uleh plastik, namun hal ini tidak begitu berpengaruh karena fungsi
plastik tersebut untuk mengurangi transpirasi.
Penyambungan
baik grafting dan budding memiliki faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilannya. Keberhasilan grafting dipengaruhi oleh kecepatan terjadinya
pertautan antara batang atas dan batang bawah. Pertautan tersebut berkaitan
dengan proses pembelahan sel dan bergabungnya kambium pada bagian yang akan
bertautan. Suhu berpengaruh terhadap perkembangan sel pada kambium sehingga
kedua batang bisa menyatu dan menjadi individu yang juga dipengaruhi oleh kuatnya
ikatan batang. Oleh sebab itu dalam mengikat sambungan batang sebaiknya
dilakukan dari bawah yang kemudian memutar keatas dan membuat ikatan batang
tersebut menjadi benar-benar kuat, akan tetapi harus tetap hati-hati agar tidak
merusak batang. Suhu lingkungan agar tidak terlalu memengaruhi sambungan dan
suhu sambungan tetap terjaga maka sambungan diberi penutup yaitu dengan diberi
sangkup plastik. Suhu sangat berpengaruh dalam mencegah pembusukan sambungan. Selain
itu sangkup juga berfungsi untuk melindungi sambungan dari penguapan akibat
sinar matahari dan juga melindungi sambungan dari tetesan air hujan yang dapat
merusak sambungan, juga melindungi sambungan dari gangguan OPT. Hal tersebut
juga berlaku bagi okulasi/budding
namun untuk budding tidak perlu disungkup daunnya. Batang yang bersinggungan
dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat.
Adinugraha dkk, (2012),
menjelaskan ciri-ciri batang yang baik: kambium masing-masing sel tanaman
membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, sel-sel parenkim dari batang bawah
dan batang atas saling kontak, menyatu dan membaur, sel-sel parenkim yang
terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambium baru sebagai lanjutan dari
lapisan kambium batang atas dan batang bawah yang lama, dari lapisan kambium
akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi nutrisi dari
batang bawah ke batang atas dan sebaliknya hasil fotosintesis dari batang atas
ke batang bawah dapat berlangsung.
Perlakuan yang diberikan pada praktikum kali ini
pada pembiakan grafting
dan budding yaitu dengan mengupir
daun dan tidak mengupir daun. Faktor lain yang ikut menentukan pertumbuhan
sambungan adalah jumlah daun batang bawah karena daun berperan dalam proses
fotosintesis tanaman, namun jika daun yang terlalu banyak akan meningkatkan
transpirasi sehingga tanaman mudah layu.
sehingga perlakuan penghilangan setengah bagian daun atau dikupir akan
mengurangi penguapan pada tanaman bagain atas sehingga cukup memiliki kandungan
air. Pengkupiran daun berpengaruh terhadap penguapan atau transpirasi tanaman
lewat daun. Fungsi mengkupir daun pada tanaman penyambungan ini untuk
mengurangi transpirasi karena penguapan pada daun lebih besar dibandingkan
dengan penguapan dari batang. Jika laju transpirasi tinggi meyebabkan tanaman
akan banyak mengeluarkan air , sedangkan transport air tanaman bagian atas yang
disambung belum sempurna akibatnaya pada tanaman bagian atas akan cepat kering
dan proses penyambungan tidak akan berhasil.
BAB 5. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran