Rabu, 26 November 2014

Laporan Praktikum Pembiakan Tanaman Menyambung (Grifting) dan Okulasi (Budding)





LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBIAKAN TANAMAN



ACARA 3

PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MENYAMBUNG (Grifting) DAN OKULASI (Budding)


TRIA PITOYO
131510501162
GOLONGAN F / KELOMPOK 4












PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang
Pertanian memiliki hubungan erat dengan tanaman meskipun secara luas arti dari pertanian adalah seluruh kegiatan budidaya termasuk perikanan, kehutanan, kelautan, dan perkebunan. Secara sempit pertanian hanya mencakup kegiatan budidaya tanaman termasuk di dalamnya perkebunan, persawahan, dan sebagainya. Tanaman adalah organisme yang mampu membuat cadangan makanannya sebagi energi untuk tubuhnya sendiri. Tanaman menjadi sumber dari keseluruhan rantai makanan, apabila frekuensi tanaman di dunia ini berkurang akan berdampak bagi makhluk hidup lainnya serta merusak ekologi. Rantai makanan yang terputus akan berdampak buruk bagi semua konsumen, semakin sedikit jumlah tanaman maka semua makhluk hidup akan memiliki persaingan yang ketat, oleh sebab itu tanaman harus dapat di budidayakan.
Indonesia memiliki jenis tanaman yang beragam baik itu tanaman hias mauun tanaman konsumsi. Nilai jual dari tanaman itu juga tinggi. Sekarang banyak terjadi penebangan hutan liar, pembakaran huta, dan kegiatan lain yang merusak tanaman dan eksistem, oleh karena itu terwujudlah kegiatan reboisasi dan sebagainya. para petani disini muncul sebagai penyedia bibit tanaman. Dalam jumla besar dengan waktu yang relatif tidak cukup lama salah satu cara yang digunakan adalah pembiayakan tanaman secara vegetatif. Pengembangbiakan ecara vegetatif berarti membuat bibit tidak dari biji atau hasil dari fase generatif melainkan berasal dari bagian tubuh tanaman itu sendiri seperti batang, daun, akar, dll.
Salah satu cara membiakan tanaman secara vegetatif adalah penyambungan (grafting) dan okulasi (budding). Penyambungan yaitu suatu kegiatan membiakan tanaman dengan cara menyambung bagian dari satu tanaman ke bagian tanaman lain hngga tercapai persenyawaan dan kombinasi dan terus tumbuh menjadi tanaman baru. Sedangkan Okulasi adala suatu cara menempelkan mata tunas dari tanaman batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat unggul.
Pembiakan dengan cara penyambungan dan okulasi ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Cara pengaplikasiannya sendiri tidak sembarrangan, ada batang bawah dan batang atas yang diseleksi terlebih dahulu kemudian dilakukan penyambungan dan okulasi dan mengamati hasilnya. Jadi, apabila telah melakukan kegiatan ini dapat diketahui apa saja tentang penyambungan dan okulasi serta bentuk aplikasinya pada masyarakat.

1.2    Tujuan
1.        Mengetahui cara dan mempelajari cara-cara penyambungan dan okulasi.
2.        Mengetahui pengaruh perlakuan pengurangan daun terhada keberhasilan penyambungan dan okulasi tanaman.

1.3    Manfaat
1.        Dapat mengetahui cara dan mempelajari cara-cara penyambungan dan okulasi.
2          Dapat mengetahui pengaruh perlakuan pengurangan daun terhada keberhasilan penyambungan dan okulasi tanaman.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

            Menurut Purnomosidhi dkk, (2002), menyambung adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara menyambung pucuk (batang atas) yang berasal dari suatu tanaman induk pada tanaman lain (batang bawah). Batang ataslah yang akan memberikan hasil sesuai dengan sifat induk yang diinginkan. Batang bawah hanyalah sebagai tempat untuk tumbuh dan mengambil makanan dari dalam tanah. Oleh sebab itu kriteria pemilihan batang atas dan batang bawah berbeda. Pengadaan batang bawah dan batang atas Batang bawah disiapkan sesuai dengan kriteria batang bawah. Batang bawah diperoleh dari semai. Pengadaan semai untuk batang bawah dapat dilihat pada bab perbanyakan tanaman dengan biji. Batang atas dipilih sesuai dengan kriteria batang atas. Kriteria batang atas: cukup tua, sudah berbuah minimal 3 kali, berbuah lebat, buah manis, buah enak, buah besar, dan sehat. Kriteria batang bawah: sistem perakaran kuat, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap kekurangan air, sesuai dengan kondisi setempat.
Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada tanaman durian. Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Tanaman mangga (Mangifera indica) disambung denga tanaman kweni (Mangifera odorata). Manfaat sambungan pada tanaman:memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya,·mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik, tindakan ini dilakukan khususnya pada tanaman yang berumah dua, misalnya tanaman melinjo, peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru, danmenghemat biaya eksploitasi. Peremajaan total berlaku sebaliknya (Prastowo dkk, 2006).
Tambing dkk, (2009) menambahkan dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur bibit batang bawah berpengaruh nyata terhadap persentase keberhasilan pertautan sambungan, sedangkan konsentrasi pupuk pelengkap benih dan interaksi antara kedua perlakuan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata. Rata-rata persentase keberhasilan pertautan sambungan bibit setiap minggu setelah penyambungan hingga 8 MSP disajikan. Keberhasilan pertautan ambungan pada metode grafting selain ditentukan oleh faktor umur bibit batang bawah, faktor lingkungan tumbuh dan pelaksanaan grafting, kesesuaian diameter batang bawah dan entris, juga faktor fisiologis. Faktor lingkungan tumbuh, misalnya iklim dan tanah harus pada kondisi yang menguntungkan agar pertumbujan tanaman berlangsung  optimal. Disamping itu, faktor  pelaksanaan grafting juga menentukan, yaitu keterampilan orang yang melakukan penyambungan, ketajaman dan kebersihan alat yang igunakan. Faktor fisiologis yaitu kuatnya aya rekat getah bibit batang bawah sangat memungkinkan terhambatnya pertautan sambungan.
Semakin banyak jumlah daun yang disisakan pada tunas makin banyak memacu pertumbuhan dn jumlah tunas sambungan atau entres. Hal ini diduga berkenaan dengan peran daun sebagai tempat fotosintesis yang menghasilkan energi. ketersediaan energi yang cukup dan pengatur tumbuh yang terdapat dalam bagian tanaman (daun) akan mendorong pembentukan kalus yang cukup banyak sehingga kualitas pertautan antara batang bawah dengan batang atas akan lebih baik. Untuk mendapatkan keberhasilan yang tinggi dan kualitas sambungan yang baik diperlukan produksi kalus yang cukup banyak, baik dari batang bawah maupun dari batang atas. Ketersediaan karbohidrat yang cukup akan mendorong produksi kalus yang cukup banyak. Penggabungan antara kalus yang ihasilkan oleh batang atas dan batang bawah memungkinkn terjadinya restorasi jaringn pengangkutan melalui induksi hormon-hormon tumbuhan. Proses penyaturan jaringan engangkut tersebut berpengaruh terhadap kualitas sambungan, sehingga proses aliran hara dan air dari batang bawah berlangsung dengan baik (Suryadi, 2009).
Penyambungan juga menyediakan alat yang berguna untuk meningkatkan ketahanan stres garam pada tanaman. Penyambungan pertama dimulai di Jepang dan Korea pada akhir tahun 1920 dengan semangka. Dalam metode perbanyakan ini, jaringan dua tanaman menyatu bersama-sama. Buah-memproduksi tunas (keturunan) dari kultivar yang diinginkan, dimasukkan ke batang bawah tahan penyakit dari dari cultivar lain. Tomat grafting diperkenalkan di Yordania untuk mengakomodasi metil bromida pentahapan proyek-proyek tahun 2002 A batang bawah tahan digunakan dalam pencangkokan tomat yang disediakan kontrol yang sangat baik dari banyak tomat patogen tanah-ditanggung, khususnya Fusarium spp., Verticillium spp., dan Melodogyne spp. Grafting ditemukan memiliki pengaruh positif dan negatif pada hasil berbagai kultivar tomat sesuai dengan kombinasi metode dan batang bawah-keturunan digunakan (Ghosheh et al, 2010).
Pada umumnya mata tunas daun lebih sering digunakan sebagai mata okula-si karena pertumbuhannya cepat. Keber-hasilan okulasi lebih tinggi bila mengguna-kan mata tunas sisik (ada bersama daun rudimenter) daripada menggunakan mata tunas daun (mata tunas pada ketiak daun). kecepatan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik misalnya fitohormon yang berkorelasi de-ngan lingkungan. Waktu tumbuh tunas mempengaruhi tinggi tunas, mata tunas prima memiliki waktu tumbuh tunas yang lebih cepat dibandingkan mata tunas sisik, hal ini mengakibatkan tinggi tunas pada bibit yang menggunakan mata tunas prima lebih tinggi daripada mata tunas sisik. Pada umumnya mata tunas daun atau prima lebih sering digunakan sebagai mata okulasi karena pertumbuhannya cepat  mata tunas prima terletak pada ketiak daun sedangkan mata tunas sisik terdapat pada daun rudimenter (Kurniawati dkk, 2014).
Menurut Purnomosidhi dkk, (2002), pengadaan batang bawah dan batang atas batang bawah disiapkan sesuai dengan kriteria batang bawah. Batang bawah diperoleh dari semai. Pengadaan semai untuk batang bawah dapat dilihat pada bab perbanyakan tanaman dengan biji. Batang atas dipilih sesuai dengan kriteria batang atas. Kriteria batang atas: cukup tua, sudah berbuah minimal 3 kali, bukan berasal dari tunas air, berbuah lebat, buah manis, buah enak, buah besar, dan sehat. Kriteria batang bawah: sistem perakaran kuat, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap kekurangan air, susuai dengan kondisi setempat.
Menurut Manalu dkk, (2014), batang atas sebagai tempat berlangsungnya pembentukan tunas pada okulasi, diawali dengan proses hormonal tanaman yaitu sitokinin yang berperan dalam pembelahan sel dalam kalus yang kemudian terjadi translokasi suplay makanan sampai pada titik tumbuh. Bangun dan tumbuhnya tunas diawali oleh proses hormonal diikuti suplai nutrisi ke titik tumbuh. Dalam okulasi unsur hara dan air menyebabkan cekaman kekeringan pada batang atas. Gangguan ini disebabkan terjadinya pertautan jaringan ikat pembuluh kayu maupun ikatan pembuluh kulit kayu yang kurang harmonis menyebabkan timbulnya lapisan sel-sel kulit batu, anatomi kulit batang daerah pertautan pada kombinasi okulasi tanaman karet yang inkompatibel sehingga terjadi penyambungan batang yang tidak mulus dan pada daerah floem terjadi pembentukan sel batu yang lebih banyak.
Adinugraha dkk, (2012), menjelaskan ciri-ciri batang yang baik: kambium masing-masing sel tanaman membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas saling kontak, menyatu dan membaur, sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambium baru sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang bawah yang lama, dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi nutrisi dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya hasil fotosintesis dari batang atas ke batang bawah dapat berlangsung.
Salah satu upaya untuk memperoleh bibit yang bermutu adalah dengan melakukan penyambungan. Penyambungan dilakukan baik dengan grafting maupun budding. Dalam penyambungan terjadi penggabungan antara dua jenis tanaman yaitu batang atas dan batang bawah yang berbeda. Dari batang atas diharapkan akan berkembang pertumbuan cabang, tunas, dan produksi buah yang tinggi dengan kualitas yang baik. Dilain pihak batang bawah diharapkan berkembang sistem perakaran yang kokoh, dapat beradaptasi pada kondisi tanah yang kurang subur dan tahan penyakit. Tanaman hasil penyambungan tersebut diharapkan akan memiliki sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh batang atas dan batang bawah. Penempelan tanaman karena pemotongan batang, sel-sel parenchyma membentuk jaringan kalus yang sangat berpengaruh dalam pembentukan sambungan karena jaringan kalus yang terbentuk akan menutup luka potongan yang berarti pula melindungi lapisan kambium pada permukaan potongan. Kemampuan antara batang atas dan batang bawah dalam melebur jaringan kalus serta memperbaiki sel-sel yang rusak tidaklah sama, maka umumnya hasil sambungan berbagai gabungan tanaman bervariasi pula tingkat keberhasilanya, kecepatan, perumbuhan dan perkembangannya (Sutami dkk, 2009).
Nilai untuk tanaman dicangkokkan ke kedua kultivar batang bawah. Artinya, efek penyambungan positif ketika Yeni Talya, Swanson dan Beril digunakan sebagai keturunan dan Beaufort, Arnold sebagai batang bawah. Perbandingan respon tanaman dicangkokkan ketika Yeni Talya dan Swanson yang dicangkokkan ke Beaufort dan Arnold menunjukkan bahwa batang bawah yang berbeda tidak berpengaruh pada karakteristik buah. Secara umum, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara indeks buah, jumlah buah/gulungan, atau bobot kombinasi penyambungan (Yeni Talya/Beaufort dan Yeni Talya/Arnold, Swanson/Beaufort dan Swanson/Arnold). Namun, jumlah buah/truss tanaman Beril/Beaufort secara signifikan lebih tinggi dari nilai yang sesuai untuk Beril/Arnold dicangkokkan tanaman (Turhan et al, 2011).
Sebuah model 'tag sitokinesis' sebelumnya telah diusulkan untuk menjelaskan aksial pemula pola dalam jenis sel. Dalam model ini, tag yang tersisa dari sitokinesis diduga mengarahkan perakitan komponen untuk pembentukan tunas pada korteks dalam siklus sel berikutnya. Model ini telah didukung oleh sejumlah pengamatan termasuk pola lokalisasi protein spesifik axialbudding ke leher ibu-bud (dan situs divisi berikutnya) dan interaksi mereka dengan genetik septins. Temuan kami dalam penelitian ini lebih mendukung model tag sitokinesis dan mengidentifikasi Bud4 sebagai pemain kunci bagi warisan setia isyarat spasial aksial dari septins tag sitokinesis. Bud4 dapat berfungsi sebagai platform untuk menghubungkan septins ke tengara aksial melalui beberapa domain. Septins merekrut Bud4 ke leher ibu bud dengan berinteraksi dengan domain pusat Bud4 ini). Bud4 kemudian menengahi perakitan tengara aksial melalui DUF1709 dan domain PH (Kang et al, 2012).
Pomper et al, (2009) memberi penjelasan dalam penelitiannya yaitu mempertahankan 6-8 daun pepaya pada batang bawah di chip yang pemula dapat meningkatkan chip yang pemula sukses. Namun, mempertahankan daun harus dihapus dengan memotong kembali batang bawah sekitar 30 cm di atas chip bud sekitar 6 minggu setelah tunas untuk memaksimalkan bud istirahat. The K8-2 bibit batang bawah (80%) memiliki tinggi bud mengambil daripada bibit batang bawah Sunflower (62%). Meskipun mengurangi batang bawah dan menghapus daun bersaing pada saat chip pemula akan lebih mudah dan membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja untuk pembibitan, praktik ini tidak dianjurkan karena berkurangnya kesuksesan pemula. Salah satu alasan untuk persentase yang lebih rendah dari tanaman berhasil diperbanyak di kemudian hari penyambungan adalah penyimpanan jangka panjang dari batang atas di ruang refrigating, yang mengalami penurunan vitalitas mereka. Sebuah bukti itu adalah fakta bahwa di kencan kedua dari okulasi sekitar 15% dari batang atas yang jelas tidak layak untuk okulasi (Gandev dan Arnaudov, 2013).
Eltayb et al, (2013), menjelaskan bahwa metode okulasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, bud graft, cabang dan batang cangkok korupsi, tanaman umbi akar cocok untuk mencangkok jauh sebagai batang bawah seperti jahe, lily, ubi jalar, kentang dan ubi. Penyambungan digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas. Telah dilaporkan bahwa pencangkokan dapat mempengaruhi ph, gula, warna, tekstur, dan rasa konten cartenoid.





BAB 3. METODE PRAKTIUKUM

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Pembiakan Tanaman Pembiakan Vegetatif dengan Cara Menyambung (Grifting) dan Okulasi (Budding) dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober 2014 pukul 13.00 WIB di Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Kamboja jepang (Adenium)

3.2.2 Alat
1. Plastik pengikat
2. Pisau tajam
3. Timba
4. Kain lap

3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan tanam yang akan digunakan sebagai batang bawah dan atas serta alat yang diperlukan.
2. Memilih batang atas sebesar batang bawah dan membuat perlakuan sebagai berikut:
a. Membuang daun pada batang atas.
b. Menyisakan 2 daun atau lebih batang atas daun.
c. Memotong batang bagian bawah 3-5 diatas leher bongol, kemudian membuat sayatan celah berbentuk huruf V ke arah bawah sepanjang 1-1,5 cm.
d. Memotong dan membuat sayatan batang atas berbentuk baji (lancip) sepanjang 1-15 cm.
e. Menyisipkan batang atas (entres) ke dalam celah bawah (stock).
f. Membalut sambungan dengan tali rafia atau plastik mulai dari bawah ke atas.
g. Mengerudungi bidang sambungan dengan kantong platik transparan dan letakkan di tempat teduh sekitar 3 minggu.
h. Sambungan yang tumbu akan muncul daun atau tunas baru.
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. A., Mahfudzi, E. W. Muchtiari, dan S. Huda. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Tunas pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan dengan Teknik Sambungan.Pemuliaan Tanaman Hutan, 6(2):91-102.

Eltayb, M. T. A., T. D. A. Magid, R. M. Ahmed, and A. A. Ibrahim. 2013. Morphological Changes on Sions due to Grafting Eggplant Lycoperison Lycopericium (L) and Papper Capsicum Annuum (Sola nuxm Melongena L) as (Rootstock). Forest Product and Industries, 2(5): 30-35.

Ghosheh, H., M. Al-Kawamleh, I. Makhadmeh. 2010. Weed Competitiveness and Herbicidal Sensitivity of Grafted Tomatoes (Solanum Lycopersicon Mill.). Plant Protection Research, 50(3).

Gandev, S., and V. Arnaudov. 2011. Propagation Method of Epicotyl Grafting in Walnut (Juglans Regia L.) Under Production Condition. Agricultural Science, 17(2): 173-176.

Kang, P. J., J. K. H. deGrenier, and H.O. Park. 2012. Coupling of Septins to the Axial Lanmark by Bud4 in Budding Yeast. Cell Science, 126: 1218-1226.

Kurniawati, D., M. Santoso, Dan E. Widaryanto. 2014. Pertumbuhan Jenis Mata Tunas pada Okulasi Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg). Produksi Tanaman, 1(6): 532-540.

Manalu, M., Charoq, dan A. Barus. 2014. Uji Batang Bawah Karet (Hevea brassiliensi, Muell-Arg.) Berasal dari Benih yang Telah Mendapat Perlakuan PEG (Seed Coating) dengan Beberapa Klon Entres terhadap Keberhasilan Okulasi. Agroteknologi, 2(3): 962-967.

Pomper, K. W., S. B. Crabtree, and J. D. Lowe. 2009. Enhancing Pawpaw Chip Budding Success. American Pomogical Society, 63(4): 145-149.

Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, F. Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock Internasional.
Purnomosidhi, Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman.2002. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan dengan Penekanan pada Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Saw:Pedoman Lapang. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock Internasional.

Suryadi, R. 2009. Pengaruh Jumlah Tunas dan Jumlah Daun Terhadap Keberhasilan Penyambungan Jambu Mete (Anacardium Occidentale) Di Lapangan. Littro,  20(1): 41-49.

Sutami, A. Mursyid, dan G. M. S. Noor. 2009.  Pengaruh Umur Batang Bawah dan Panjang Entris Terhadap Keberhasilan Sambungan Bibit Jeruk Siam Banjar Label Biru. Agroscientiae, 16(2): 121-127.\

Tambing, Y., dan S. Launde. 2009. Kajian Umur Bibit Batang Bawah Nangka dan Takaran Pupuk Pelengkap Benih Nutrifarm-SD terhadap Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk. Agroland, 16(1): 33-39.

Turhani, A., N. Ozmeni, M. S. Subeci, And V. Seniz. 2011. Effects Of Grafting On Different Rootstocks On Tomato Fruit Yield And Quality. Hort Sci, 38(4): 142-149.



BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Pembiakan Vegetatif dengan Cara Grafting
Perlakuan
Ulangan/ Kelompok
Keberhasilan Penyambungan
Perubahan
Batang Atas
Batang Bawah
Daun hilang (dikupir)
1
ü
**
*
2
-
**

3
ü

*
Daun sisa >2
4
-
***
*
5
ü
**

6
-
***
*

Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Pembiakan Vegetatif dengan Cara Budding
Perlakuan
Ulangan/ Kelompok
Keberhasilan Penyambungan
Perubahan
Batang Atas
Batang Bawah
Daun hilang (dikupir)
1
-
**
**
2
-
**
**
3
-
**
**
Daun sisa >2
4
-
**
**
5
-
**
**
6
-
**
**
Keterangan:
ü  : Hasil penyambungan hidup
-     : Hasil penyambungan mati
*    : Pembengkakan pada sambungan
**  : Tumbuhnya batang atas abnormal
***: Daun-daun menguning


4.2 Pembahasan
Menurut Purnomosidhi dkk, (2002), menyambung adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara menyambung pucuk (batang atas) yang berasal dari suatu tanaman induk pada tanaman lain (batang bawah). Pada praktikum pembiakan vegetatif dengan cara grafting dilakukan dua perlakuan yaitu daun dikupir (tidak ada daun) dan daun yang disisakan 2 helai. Kegiatan ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada masing-masing perlakuan. Pada daun yang dikupir ulangan 1 dan 3 berhasil menyambung dengan kondisi batang atas abnormal dan pembengkakan pada sambungan. Pada daun yang disisakan 2 hanya ulangan ke-2 yang  berhasil tersambung dengan kondisi batang atasnya abnormal dan pada ulangan 1 dan 3 tidak berhasil menyambung dengan keadaan daun menguning dan terjadi pembengkakan pada sambungan. Hasil pengamatan budding  juga diberi perlakuan yang sama yaitu dikupir dan daun disisakan dua. Pada masing masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Berdasarkan praktikum ini tidak ada tanaman yang berhasil tersambung dan semua memiliki ciri-ciri tumbuhnya batang atas abnormal.
Perlakuan yang paling baik dalam kegiatan pembiakan dengan cara grafting dan budding ini adalah perlakuan daun dikupir atau dihilangkan daunnya. Pada Tabel 4.1.1 ada 2 ulangan yang berhasil menyambung pada tanaman dengan daun dikupir sedangkan pada tanaman dengan daun disisakan 2 hanya ada satu ulangan. Hal ini disebabkan oleh laju transpirasi yang dimiliki daun yang tidak dikupir lebih cepat dibandingkan dengan daun dikupir sedangkan pertumbuhan batang atas belum menempel pada batang bawah sehingga tidak ada pengangkutan air dari akar yang terjadi sehingga batang tidak menempel sempurna. Daun yang tidak dikupir tesebut lama kelamaan mati karena tidak mendapatkan unsur H2O dari dalam tanah dan juga cahaya matahari tidak maksimal masuk ke daun karena terhalang uleh plastik, namun hal ini tidak begitu berpengaruh karena fungsi plastik tersebut untuk mengurangi transpirasi.
Penyambungan baik grafting dan budding memiliki faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilannya. Keberhasilan grafting dipengaruhi oleh kecepatan terjadinya pertautan antara batang atas dan batang bawah. Pertautan tersebut berkaitan dengan proses pembelahan sel dan bergabungnya kambium pada bagian yang akan bertautan. Suhu berpengaruh terhadap perkembangan sel pada kambium sehingga kedua batang bisa menyatu dan menjadi individu yang juga dipengaruhi oleh kuatnya ikatan batang. Oleh sebab itu dalam mengikat sambungan batang sebaiknya dilakukan dari bawah yang kemudian memutar keatas dan membuat ikatan batang tersebut menjadi benar-benar kuat, akan tetapi harus tetap hati-hati agar tidak merusak batang. Suhu lingkungan agar tidak terlalu memengaruhi sambungan dan suhu sambungan tetap terjaga maka sambungan diberi penutup yaitu dengan diberi sangkup plastik. Suhu sangat berpengaruh dalam mencegah pembusukan sambungan. Selain itu sangkup juga berfungsi untuk melindungi sambungan dari penguapan akibat sinar matahari dan juga melindungi sambungan dari tetesan air hujan yang dapat merusak sambungan, juga melindungi sambungan dari gangguan OPT. Hal tersebut juga berlaku bagi okulasi/budding namun untuk budding tidak perlu disungkup daunnya. Batang yang bersinggungan dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat.
Adinugraha dkk, (2012), menjelaskan ciri-ciri batang yang baik: kambium masing-masing sel tanaman membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas saling kontak, menyatu dan membaur, sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambium baru sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang bawah yang lama, dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi nutrisi dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya hasil fotosintesis dari batang atas ke batang bawah dapat berlangsung.
Perlakuan yang diberikan pada praktikum kali ini pada pembiakan grafting dan budding yaitu dengan mengupir daun dan tidak mengupir daun. Faktor lain yang ikut menentukan pertumbuhan sambungan adalah jumlah daun batang bawah karena daun berperan dalam proses fotosintesis tanaman, namun jika daun yang terlalu banyak akan meningkatkan transpirasi sehingga tanaman  mudah layu. sehingga perlakuan penghilangan setengah bagian daun atau dikupir akan mengurangi penguapan pada tanaman bagain atas sehingga cukup memiliki kandungan air. Pengkupiran daun berpengaruh terhadap penguapan atau transpirasi tanaman lewat daun. Fungsi mengkupir daun pada tanaman penyambungan ini untuk mengurangi transpirasi karena penguapan pada daun lebih besar dibandingkan dengan penguapan dari batang. Jika laju transpirasi tinggi meyebabkan tanaman akan banyak mengeluarkan air , sedangkan transport air tanaman bagian atas yang disambung belum sempurna akibatnaya pada tanaman bagian atas akan cepat kering dan proses penyambungan tidak akan berhasil.


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran